Rasyid Miran (Kadis Perindustrian Kab. Alor) Alor - Pemerintah Kabupaten Alor, melalui Dinas Perindustrian Kabupaten Alor tengah memfokuska...

Pemkab Alor Fokus Kembangkan Garam dan Tenun Rakyat Menjadi Potensi Industri Unggulan

Rasyid Miran (Kadis Perindustrian Kab. Alor)


Alor - Pemerintah Kabupaten Alor, melalui Dinas Perindustrian Kabupaten Alor tengah memfokuskan potensi garam dan kegiatan tenun rakyat untuk dikembangkan menjadi potensi industri unggulan daerah tersebut.


Dua potensi dimaksud merupakan bagian dari empat potensi di dinas tersebut yang difokuskan pengembangannya ditahun 2020 ini. Dua potensi lainnya, yakni pembuatan meubeler dari bambu dan pengolahan makanan laut.


Hal ini disampaikan Kepala Dinas Perindustrian Kabupaten Alor, Rasyid Miran kepada Timor Daily di Kalabahi, Jumat (31/1/2020) terkait produksi garam Dinas tersebut yang telah dijual di pasar-pasar di Kota Kalabahi dan sekitarnya.


Rasyid menjelaskan, Dinasnya mengapa harus memfokuskan ke industri garam, sebab Kabupaten Alor memiliki potensi pengembangan usaha garam yang baik, namun selama ini belum dimaksimalkan.


“Kita memiliki potensi garam. Namun belum dilirik. Beberapa tahun terakhir ini dengan anomali iklim di Indonesia, dimana sebelumnya daerah yang sentra produksi garam menurun, sehingga pemerintah dan pengusaha melirik daerah potensi baru, termasuk di NTT dan Alor salah satu daerah yang dilirik,” jelasnya.


Terkait dengan itu, Rasyid Miran mengungkapkan, Bupati Drs, Amon Djobo sejak tahun 2015 menginstruksikan kepada Dinas Perindustrian untuk membangun tambak garam di Pitomolu, Desa Alor Besar, Kecamatan Alor Barat Laut.


Tambak yang dibangun dilokasi itu seluas setengah hektar dengan luas tambak 700 meter persegi. Di lokasi tambak tersebut telah dibangun gudang dan ruang produksi.


“Potensi produksi dilokasi tersebut bisa mencapai 25 sampai 30 ton. Tetapi karena menggunakan tekhnologi geomembran, sehingga terkadang mengalami gangguan yang berdampak pada hasil produksi yang hanya bisa menghasilkan 15 ton garam, dan produksi tersebut telah berjalan dalam 3 tahun tetakhir,” tandas Rasyid.


Menurut Rasyid, produksi garam tersebut memiliki prospek pengembangan, sehingga Pemerintah Kabupaten meng0alokasikan dana pada tahun 2019 untuk membangun tambak garam rakyat di dua lokasi lainnya, yakni di desa Aimoli, Kecamatan ABAL dan sebuah wilayah di Kecamatan Pantar Barat.


Pengembangan tambak garam ini terus diperluas dengan kembali dibangun pada tahun 2020 ini seluas 400 meter persegi didua lokasi masing-masing, yaitu wilayah Bota, desa Alila Kecamatan ABAL dan satu lokasinya di Kecamatan Pantar Barat. Pola yang dipakai tetap sama, yakni tambak rakyat.


Menurut Rasyid, komitmen pengembangan usaha garam sebagai industri terus dilakukannya, sebab dalam Renstra Kabupaten dalam tahun 2024 Kabupaten Alor sudah swasembada garam.


“Kita terus mendorong produksi garam yang ada dan terus memperluas lokasi tambak garam. Memang saat ini produksi garam baru menjawab kebutuhan lokal atau dikomsumsi dalam Kabupaten saja. Namun target kita garam Alor bisa menyumbangkan untuk kebutuhan nasional, pasalnya kita akan membangun tambak garam lagi di wilayah Timur Pulau Alor, karena sudah ada sejumlah pengusaha garam berminat untuk berinvestasi,” jelas Alumni Aktivist HMI ini.


Tenun Alor Sudah Dapat IG


Pengembangan industri di Kabupaten Alor selain garam yang disampaikan. Potensi lainnya yang digarap Dinas Perindustrian Kabupaten Alor untuk menjawab peluang pasar Nasional dan Dunia adalah tenun ikat dan songket.


Berkaitan dengan ini, Rasyid mengatakan, tenun ikat dan songket yang diproduksi masyarakat ini telah mendapat sertifikat Indikasi Geografis (IG) dari Kementerian Hukum dan HAM RI. IG yang dimaksud untuk melindungi hasil karya tenun masyarakat, namun diberikan kepada kelompok tenun yang ada di Kabupaten Alor.


“Kalau hak paten itu diberikan kepada individu, namun IG untuk kelompok tenun,” ungkapnya.


Kadis Perindustrian ini juga mengatakan, sertififikat IG yang telah diperoleh ini, maka tenun ikat dan songket Alor mudah tembus ke pasar regional, nasional dan dunia.


Hal ini telah dibuktikan , dimana tenun ikat dan songket Alor telah dikenal luas dan banyak yang mencari.


“Kita dibantu oleh Dekranasda Kabupaten Alor dan Propinsi NTT. Untuk tingkat nasional, Kabupaten Alor menjadi peserta tetap dalam ajang Indonesia Fashion Week. Sejumlah pameran dan ivent promosi lainnya di tingkat regional dan nasional kita turut berpartisipasi,” jelas Rasyid.


Tokoh Muda Alor yang kini menahkodai Dinas Perindustrian Kabupaten Alor ini juga menambahkan bahawa jumlah penenun di Kabupaten Alor sekitar 1.000 orang yang tergabung dalam kelompok yang telah terbentuk.


Dinas Perindustrian dalam posisi ini terus mendorong dan mendampingi kelompok yang ada dengan memberikan bantuan benang, pewarna, dan pelatihan. (Tim)

1 komentar:

  1. Sukses Pak Kadis. Dari tiga jenis tenun di NTT, masing2 tenun ikat, buna dan songket/sotif.Alor memiliki 2 yaitu: ikat dan songket, yang penyebarannya di barat ke utara dan timur ke selatan.
    Apresiasi karena hanya Alor dan Kabupaten Sikka yang baru memperoleh sertifikat IG. Ini suatu peluang kompetisi regional dan nasional yg tlh Pak Kadis jelaskan di atas.
    Ke depan penenun dan kelompok tenun tinggal meningkatkan jumlah dan mutu produksi sesuai ketentuan atau standar IG.
    semoga para ibu dan anak perempuan serta bpk2 pun dpt memanfaatkan peluang yg terbuka atas upaya masyarakat dan pemerintah sebagai pelaku pembangunan.

    BalasHapus